Selasa, 29 Desember 2015

ukuran-ukuran dan fertilitas telur burung puyuh yang akan ditetaskan.



I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki ternak unggas yang potensial dalam perkembangan peternakaan nasional. Sala satu jenis unggas lokal yang suda lama dikenal oleh masyarakat adalah burung puyuh. Kebutuhan ternak burung puyuh belakangan ini cenderung meningkat, selain untuk memenuhi kebutuhan protein hewani juga disebabkan karena kepercayaan masyarakat terhadap daging dan telur burung puyuh yang lebih alami dan lebih enak. Akan tetapi, peningkatan kebutuhan terhadap burung puyuh tidak diimbangi dengan peningkatan populasi burung puyuh diberbagai daerah di Indonesia.
Burung puyuh merupakan salah satu unggas yang harus dikembangkan dan ditingkatkan produksinya karena sangat potensial untuk cepat menghasilkan kebutuhan protein hewani berupa telur bagi masyarakat. Kelebihan usaha puyuh adalah pada umur enam minggu sudah berproduksi, tidak membutuhkan permodalan yang besar, mudah pemeliharaan serta dapat diusahakan pada lahan yang terbatas. Untuk menghasilkan produksi dan kualitas telur yang baik harus diimbangi dengan kandungan nutrien dalam ransum secara lengkap seperti energi, protein, vitamin, mineral, dan air. Vitamin merupakan salah satu unsur nutrien yang dibutuhkan oleh burung puyuh.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan  dalam menetaskan telur dengan mesin tetas  adalah bobot telur tetas, karena bobot telur tidak  hanya berpengaruh terhadap daya tetas saja tetapi juga sangat berpengaruh terha dap bobot tetas.  Bobot telur tetas yang baik  untuk  burung  puyuh  berkisar  antara  9- 10   gram.  Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan penetasa telur burung puyuh adalah fertilitas dari telur itu sendiri. Jika nilai fertilitasnya tinggi maka tidak menutup kemungkianan nilai presentase daya tetasnya akan tinggi pula.
Berdasarkan latar belakang maka dilaksanakanlah praktikum karasteristik, ukuran-ukuran fisik  dan fertilitas telur burung puyuh. Hasil  dari pengamatan ini diharapkan nantinya dapat memberikan informasi tentang karasteristik, ukuran-ukuran fisik telur burung puyuh serta nilai fertilitas dari telur burung puyuh.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui karasteristik, ukuran-ukuran dan fertilitas telur burung puyuh yang akan ditetaskan.
Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah mengetahui karasteristik, ukuran-ukuran dan fertilitas telur burung puyuh yang akan ditetaskan.
























II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karasteristik Telur Burung Puyuh
2.1.1. Burung Puyuh
         Puyuh merupakan salah satu komoditi unggas sebagai penghasil telur dan daging yang mendukung ketersediaan protein hewani yang murah serta mudah didapat. Secara ilmiah puyuh dienal dengan nama Coturnix-coturnix japonica berbeda dengan nama yang umumnya digunakan yaitu Coturnix coturnix . C. japonica pada awalnya disebut burung jepang liar yang ditemukan pada abad ke-delapan di Jepang. Burung puyuh tipe liar memiliki bulu dengan warna dominan coklat cinnamon dan gelap. Akan tetapi, puyuh betina dewasa memiliki bulu dengan warna yang pucat dengan bintik bintik gelap. Berbeda dengan puyuh betina, puyuh jantan dewasa memiliki warna bulu yang gelap dan seragam pada bagian dada dan pipi (Vali, 2008).
2.1.2. Warna Telur Burug Puyuh.
         Ciri-ciri warna telur puyuh terdapat bercak-bercak kehitaman. Ada suatu petunjuk yang memperlihatkan bahwa bercak-bercak itu tidak hanya kehitaman tetapi juga warna lain, dan warna dasarnya adalah keputihan. Warna telur dipengaruhi oleh adanya zat warna yang dikumpulkan dalam kerabang saat pembentukannya dalam uterus (Sugiharto, 2005). Telur puyuh berdasarkan warna dan corak bercak-bercaknya memungkinkan untuk membedakan telur masing-masing individu dalam kelompok puyuh yang tepat. Perbedaan warna kulit dan berat telur puyuh satu dengan yang lainnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya umur puyuh, pakan dan  genetik (Sugiharto, 2005).
2.1.3. Tekstur Telur Burung Puyuh
         Kualitas kerabang burung  puyuh  dilakukkan dengan pengukuran kerabang telur yang terbagi di dalam dua kategori yaitu kategori deskrutif dan kategori non  deskrutif.  Metode deskrutif terdiri atas tebal kerabang telur, berat dan presentase kerabang telur, indeks kerabang telur dan kekuatan tekan. Sedangkan metode non deskrutif terdiri dari grafitasi spesifik dan elastisitas kerabang telur serta kasar halusnya kerabang telur  (Yuwanta, 2007).
2.2. Ukuran-Ukuran Telur Burung puyuh
Mahi (2012) menyatakan bahwa Bobot telur tetas yang baik  untuk  burung  puyuh  berkisar  antara  9- 10   gram.  selain mempengaruhi daya tetas, bobot telur juga mempengaruhi bobot tetas, dimana bobot telur tetas tinggi  akan menghasilkan bobot tetas yang tinggi dan sebaliknya.
Berat telur diperoleh dengan cara menimbang telur satu persatu. Berat telur merupakan salah satu sifat yang diwariskan induk kepada anaknya. Faktor yang berpengaruh terhadap berat telur adalah berat badan puyuh, umur induk, umur saat pertama kali bertelur dan tingkat produksi telur (gen). Semakin tua umur pertama kali bertelur, maka akan semakin berat pula telur yang dihasilkan. Berat telur pada masa produktif puyuh selama 4 minggu pertama adalah sekitar 8,9 gram (terendah). Telur berukuran sedang mempunyai ciri berat 94-105 butir/kg, bercaknya jelas dan mempunyai kulit telur yang tebal (Sugiharto, 2005).
         Perhitungan indeks bentuk telur melibatkan penentuan nilai sifat-sifat yang diseleksi secara terpisah. Semakin tinggi indeks telur, maka kualitas telur semakin baik dengan bentuk semakin bundar. Bentuk telur merupakan salah satu unsur genetik yang diturunkan dari induk kepada anknya. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan perhitungan dengan cara lebar telur dibagi panjang telur dan hasilnya dikali seratus (Srigandono, 1997). Indeks hough pada telur puyuh adalah sebesar 77,96-80,20. Semakin besar indeks telur dapat berarti semakin besar atau bagus  kualitas pada telur tersebut.





III. METODEOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2015 dan bertempat di Kandang Pembibitan Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo.
3.2. Materi Praktikum
Alat yang  diggunakan dalam praktikum karasteristik dan ukuran-ukuran telur burung puyuh  dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat Beserta Kegunaan Yang Digunakan Dalam Praktikum
No
Nama alat
Kegunaan
1
2
3
4
5
Alat tulis
Jangka sorong
Neraca
Rak telur
Untuk menuliskan hasil pengamatan
Untuk  mengukur panjang dan diameter telur
Untuk menimbang berat telur
Untuk menyimpan telur sebelum ditetaskan
Hp kamera
Untuk dokumentasi

Bahan yang digunakan dalam praktikum karasteristik dan ukuran-ukuran telur burung puyuh dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan  Beserta Kegunaan Yang Digunakan Dalam Praktikum
No
Bahan pengamatan
Kegunaan
1
Telur burung puyuh
Sebagai bahan yang diamati

3.3. Prosedur Kerja
         Adapun langkah-langkah atau metode yang dilakukan dalam praktikum karasteristik dan ukuran-ukuran telur burung puyuh adalah sebagai berikut :
1.      Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum,
2.      Menimbang telur burung puyuh,
3.      Mengukur panjang telur burung puyuh,
 





4.      Mengukur diameter  telur burung puyuh,
                             


5.      Menghitung indeks telur dengan membandingkan lebar dengan panjang telur lalu dikaliakan 100 %.
6.      Memasukan telur burung puyuh dalam mesin tetas.
7.      Menghitung nilai vertilitasya setelah lima hari.
8.      Menuliskan hasil pengukuran.


















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Ukuran-Ukuran Telur Burung Puyuh
Hasil  pengamatan ukuran-ukuran fisik telur pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Ukuran-Ukuran Telur Burung Puyuh
No
Ukuran telur
Rataan
1
2
3
4
Bobot telur (g)
Panjang telur (cm)
Diameter (cm)
Indeks (%)
9±0,17
2,86±0,12
2,30±0,09
80,50±3,98

Ukuran-ukuran telur burung puyuh yang diamati dalam  pengamatan adalah panjang, berat, diameter dan indeks telur burung puyuh. Berat rata-rata telur burung puyuh yang diamati adalah 9±0,17 g. Selain  itu bobot telur ini nantinya akan berpengaruh terhadap daya tetas. Hasil pengamatan ini sesuai dengan pendapat Mahi (2012) bahwa Bobot telur tetas yang baik  untuk  burung  puyuh  berkisar  antara  9- 10   gram.   Sedangkan menurut Sudaryani (1996) Bobot telur yang baik untuk ditetaskan yaitu berkisar anatara 10-11 gram. Selain mempengaruhi daya tetas, bobot telur juga mempengaruhi bobot tetas, dimana bobot telur tetas tinggi  akan menghasilkan bobot tetas yang tinggi dan sebaliknya.
Panjang telur burung puyuh  berdasarkan hasil pengamatan adalah 2,86±0,12. Panjang  telur ini nantinya akan berpengaruh terhadap indeks telur. Semakin panjang ukuran telur maka indeksnya semakin menurun. Sebaliknya semakin  pendek ukurannya maka indeksya semakin tinggi.
Lebar telur burung puyuh pada hasil pengamtan adalah 2,30±0,09.  Lebar juga sangat menentukan nilai indeks telur, semakin tinggi nilai lebar telur maka semakin tinggi pula nilai indeks telur dan sebaliknya semakin rendah nilai lebar telur maka semakin rendah pula nilai indeks telur.
Nilai indeks telur pada burung puyuh ini didapatkan dengan membandingkan lebar telur burung puyuh dengan panjang telur burung puyuh  dan dikalikan dengan 100 %. Hal ini sesuai dengan  pendapat Srigandono (1997) bentuk telur merupakan salah satu unsur genetik yang diturunkan dari induk kepada anaknya, untuk mengetahuinya dapat dilakukan perhitungan dengan cara lebar telur dibagi panjang telur dan hasilnya dikali seratus. Adapun nilai indeks telur burung puyuh dari hasil pengamatan adalah 80,50±3,98. Sedangkan hasil pengamatan Srigandono, 1997 menunjukan bahwa  indeks hough pada telur puyuh adalah sebesar 77,96-80,20. Semakin besar indeks telur dapat berarti semakin besar atau bagus  kualitas pada telur tersebut. Indeks telur yang bagus nantinya juga akan menentikan daya tetas pada ternak yang bersangkutan
4.2. Karasteristik Warna Telur Burung puyuh
         Karasteristik warna telur burung puyuh pada praktikum dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Karasteristik Warna Telur Burung puyuh.
Warna
Jumlah (n)
Presentase (%)
Hitam coklat
Hitam pudar
Bercak coklat
Coklat, hitam pudar
26
2
1
1
86,67
6,67
3,3
3,3
Total
30
100

         Berdasarkan Tabel 4, bahwa warna telur burung  puyuh yang diamati cukup berfariasi. Warna telur burung puyuh yang didapatkan dari hasil pengamatan adalah  warna hitam coklat sekitar  86,67 %, warna hitam pudar  atau sekitar 6,67 %, yang berwarna putih bercak coklat sekitar  3,3 % dan yang berwarna coklat hitam pudar berjumlah 3,3 %. Warna telur burung puyuh dipengaruhi oleh pakan. Selain itu warna telur burung puyuh juga dipengruhi oleh bangsa. Hasil pengamtan ini tidak sesuai dengan pernyataan Listiyowati dan Roospitasari  (2009) bahwa warna pada telur burung puyuh adalah coklat tua, biru, putih, dan kekuning kuningan.
4.3. Karasteristik Tekstur Telur Burung puyuh
Karasteristik tekstur telur burung  puyuh pada praktikum dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Karasteristik Tekstur Telur Burung puyuh
Tekstur
Jumlah (n)
Presentase  (%)
Kasar
Halus
1
29
3,33
96,67
Total
30
100

Berdasarkan Tabel 5, bahwa tekstur telur burung puyuh yang diamati ada dua yaitu kasar dan halus. Tekstur telur burung puyuh yang halus lebih banyak dari tekstur  telur burung  puyuh yang kasar. Presrentase telur burung puyuh yang teksturnya halus adalah sekitar  86,67 %.  Sedangkan presentase tekstur telur  burung  puyuh yang kasar adalah 3,33 %.   Kasar halusnya tekstur telur burung puyuh ini disebabkan oleh faktor pakan, genetic dan umur pada burung puyuh.

















V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
         Berdasarkan pembahasan maka kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut :
1.      Warna telur burung puyuh terdiri dari tiga warna yaitu warna hitam coklat 86,67, hitam pudar 6,67 %, berwarna hitam bercak coklat 3,3 % dan warna coklat hitam pudar 3,3 %; serta tekstur burung puyuh ada dua yaitu halus  96,67 %  dan kasar 3,33 %.
2.      Berat telur burung puyuh yaitu  9±0,17  g, panjangnya 2,86±0,12 cm, lebarnya 2,30±0,09 cm dan indeksnya adalah 80,50±3,98.
5.2. Saran
         Saran saya untuk praktikum-praktikum selanjutnya adalah sebaikya asisten dan praktikan harus datang tepat waktu  pada saat praktikum agar praktikum berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.












DAFTAR PUSTAKA
Listiyowati, E  dan K. Roospitasari. 2009. Beternak Puyuh Secara Komersil. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mahi, Muhammad, dkk. 2012. Pengaruh Bentuk Telur Dan Bobot Telur Terhadap  Jenis Kelamin, Bobot Tetas Dan Lama Tetas Burung Puyuh (Coturnix-coturnix Japonica). Fakultas Peternakan.  Universitas Brawijaya.
Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Ayam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sugiharto, R. S. 2005. Meningkatkan Keuntungan Beternak Puyuh. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Vali, follet. 2008. “Circadian rhythm of melatonin in the pineal gland of the Japanese quail (Coturnix coturnix japonica)”. Journal of Endocrinology.  Vol 107. No. 324.
Yuwanta, T. 2007. Telur Dan Produksi Telur. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakrta.